Keteguhan Panggilan: Ujian Gerejawi Jadi Momentum Pembentukan Integritas Pelayan GPI Papua

Dipublikasikan pada Saturday, 25 October 2025 3:28 WIT
Keteguhan Panggilan: Ujian Gerejawi Jadi Momentum Pembentukan Integritas Pelayan GPI Papua
Fakfak, 20 Oktober 2025 — Dalam suasana penuh hikmat, Gereja Protestan Indonesia di Papua (GPI Papua) kembali menggelar Ujian Gerejawi, sebuah momen penting yang bukan sekadar penilaian akademik, tetapi juga ujian spiritual bagi para vikaris yang telah melayani di jemaat-jemaat selama masa praktik pelayanan. Proses ini menjadi pintu terakhir sebelum mereka sah diakui sebagai Pelayan Sejati dalam lingkup pelayanan GPI Papua.​

Tidak sedikit yang melihat ujian ini sebagai selebrasi akademik gerejawi, namun sesungguhnya maknanya jauh lebih dalam. Bagi Sinode GPI Papua, Ujian Gerejawi adalah bentuk komitmen menjaga kualitas dan integritas rohani para pemimpin jemaat di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Di ruang ujian, bukan hanya teologi yang diuji, tetapi juga karakter, ketegasan iman, empati pastoral, dan ketulusan panggilan mereka sebagai hamba Tuhan.​

Ketua Majelis Sinode GPI Papua dalam sambutannya menekankan bahwa gereja membutuhkan pelayan yang bukan sekadar mampu berbicara di mimbar, tetapi juga hidup bersama umat dengan kasih dan tanggung jawab. “Pelayan Sejati adalah mereka yang bukan hanya diuji dengan pertanyaan, tetapi juga dengan laku hidup di tengah masyarakat,” ujarnya menegaskan semangat ujian ini sebagai pendidikan karakter pelayanan, bukan sekadar formalisasi status jabatan.​

Setiap tahapan ujian dipimpin oleh tim penguji yang terdiri dari para pendeta senior, dosen teologi, dan wakil sinode. Kehadiran mereka bukan untuk menghakimi, tapi untuk membimbing para vikaris agar semakin matang dalam penghayatan iman dan etika pelayanan. Beberapa peserta bahkan mengaku terharu dengan dukungan moral dan spiritual yang mereka terima selama proses tersebut, menjadikannya sebuah pengalaman rohani yang memperkuat panggilan hidup mereka.​

Bagi GPI Papua, ujian ini menjadi bagian integral dari pembaruan gereja secara struktural dan spiritual. Melalui proses ini, diharapkan lahir generasi pelayan gereja yang tidak hanya terampil dalam berkhotbah, tetapi juga sanggup menjadi teladan dalam kesetiaan dan pelayanan yang membumi — dari altar hingga kampung-kampung terpencil di Tanah Papua.